Kota Solo menjadi salah satu kota yang paling membara selama Kerusuhan Mei 1998. Puluhan pusat perbelanjaan dan ratusan toko dibakar, puluhan orang jadi korban.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Solo menjadi salah satu kota yang paling mencekam ketika terjadi Kerusuhan Mei 1998. Durasinya pendek tapi huru-hara yang ditimbulkan cukup besar.
"Kekacauan di Solo bermula dari demonstrasi yang dilakukan ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di depan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta pada 14 Mei. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta."
Solo, tiga hari yang mencekam
Kekacauan dan kerusakan yang terjadi di Solo ini rasa-rasanya tidak berbeda jauh dengan peristiwa kerusuhan di Medan. Jika di Medan kerusuhan terjadi selama hampir satu minggu, di Solo kekacauan terjadi lebih singkat, yakni tiga hari. Namun tingkat kerusakannya hampir sama.
Seluruh wilayah Solo bergejolak, tidak hanya pusat tetapi sudut-sudut kota pun menjadi sasaran amuk massa.
Kekacauan di Solo bermula dari demonstrasi yang dilakukan ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di depan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta pada 14 Mei. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta.
Mahasiswa kemudian mencoba keluar kampus dan bergerak ke Jalan Raya Solo-Kartasura. Namun laju mereka terhenti setelah aparat keamanan membentuk barikade untuk menghalau aksi tersebut. Keduanya pun terlibat saling dorong.
Situasi tiba-tiba berubah kacau, setelah dari arah mahasiswa terjadi pelemparan batu. Aparat keamanan bereaksi dengan melepaskan tembakan gas air mata dan tembakan peluru karet. Bukannya mundur, mahasiswa semakin tersulut, dan terus melemparkan batu ke arah petugas. Korban berjatuhan dari kedua kubu. Kerusuhan pun berlangsung hingga menjelang petang.
Di waktu yang sama, massa selain mahasiswa sudah berkumpul di depan UMS. Mereka mencoba masuk ke tengah demonstrasi mahasiswa. Tetapi aparat menghadang mereka. Dikisahkan Sholahuddin, dkk dalam 10 Tahun Kerusuhan Mei: Solo Bangkit, massa pun terbagi menjadi beberapa kelompok. Sebagian bergerak ke arah pusat kota Solo, sementara lainnya beranjak menuju Kartosuro.
“Inilah awal dari kerusuhan ‘Mei Kelabu’ yang menghanguskan sekaligus menghancurkan Kota Bengawan yang sedang bersiap-siap menjadi Kota Internasional,” tulis Sholahuddin, dkk.
Massa yang bergerak menuju pusat kota, maupun Kartosuro melakukan aksi perusakan terhadap bangunan-bangunan yang mereka lewati. Tidak hanya pertokoan, showroom mobil, toserba, hingga bank menjadi sasaran amuk massa tersebut.
Mereka juga melakukan penjarahan terhadap pusat-pusat perbelanjaan, salah satunya Matahari Singosaren. Tidak hanya dikuras barang-barangnya, bangunan mal itu juga dibakar. Bangunan lain yang tidak luput dari sasaran massa adalah bioskop. Gedung bioskop di Solo Baru menjadi korban keganasan massa tersebut.
Tidak hanya gedung-gedung, jalanan Solo pun dipenuhi kepulan asap hitam. Massa melakukan aksi pembakaran ban-ban bekas di sudut-sudut jalan kota Solo. Ada pula kendaraan-kendaraan bermotor yang turut menjadi sasaran pembakaran.
Kekacauan di Solo berlangsung seharian penuh. Semakin petang, aksi-aksi massa semakin besar dan tidak terbendung. Ketika malam pun aksi perusakan dan penjarahan masih tetap dilakukan di beberapa sudut kota Solo. Bahkan saat tengah malam, pada hari berikutnya (15 Mei), di Beteng/Gladag terjadi pembakaran atas Beteng Plaza, Matahari, Bank Lippo, pusat grosir, dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya.
Kekacauan di pusat perekonomian itu terjadi hingga menjelang siang hari. Kemudian konsentrasi massa terpusat di sekitar Pasar Legi. Banyak toko yang menjadi korban di lokasi tersebut. Kekacauan lalu merembet ke Sumber dan Nusukan. Kembali toko-toko menjadi korban penjarahan, dan pembakaran.
Menjelang tengah hari, huru-hara telah menjalar ke seantero kota Solo. Kondisi itu bertahan hingga hari selanjutnya (16 Mei). Kota Solo benar-benar luluh lantak ketika itu. Tidak terhitung berapa besar kerusakan yang ditimbulkan atas berbagai aksi massa di kota tersebut. Kerugian yang dihasilkan juga amatlah besar.
Meski berlangsung singkat, tetapi intensitas kerusuhan di Solo sangat tinggi. Alhasil kota menjadi lumpuh untuk beberapa waktu.
Dampak kerusuhan Mei 1998 di Solo
Mengutip Kompas.com,dampak kerusuhan Mei 1998 di Kota Solo adalah rusak dan dibakarnya 27 pusat perbelanjaan, 217 toko, 287 mobil dan truk, 570 sepeda motor, 24 showroom, 12 rumah makan, enam perkantoran dan bank, dan lain-lainnya.
Korban tewas dalam tragedi ini setidaknya berjumlah 33 orang. Sebanyak 14 korban tewas terpanggang di Toserba Ratu Luwes, sisanya terbakar di Toko Sepatu Bata, Coyudan. Bukan hanya itu, pascakerusuhan Mei, masih terjadi kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan keturunan Tionghoa hingga 8 Juli 1998.
Setidaknya 50-70 ribu masyarakat kehilangan pekerjaan akibat perusakan dan pembakaran dalam kerusuhan Mei 1998 di Kota Solo.