Ini adalah cerita tentang Rosita Aruan Orchid Baptiste, wanita Batak yang jadi Letkol tentara AS walau tingginya cuma 149. Pernah ingin jadi polwan tapi dihalangi persyaratan tinggi badan.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Kisah hidup Rosita Aruan Orchid Baptiste sungguh berliku. Lahir dan besar di Jakarta, wanita berdarah Batak itu kini jadi tentara AS dengan jabatan Letnal Kolonel (Letkol).
Dulu sebenarnya dia ingin jadi Polisi Wanita (polwan) di Indonesia, tapi apa daya, tinggi badan yang cuma 149 cm tak mengizinkannya.
Bagaimana kisah hidup lulusan Perdagangan Internasional Universitas Sumatera Utara (USU) itu?
Rosita Aruan adalah seorang perwira menengah di Angkatan Darat AS. Untuk sampai ke tahap itu, banyak perjuangan yang harus dilalui oleh perempuan yang ketika masih di Indonesia pernah jadi wartawan di Warta Ekonomi pada 1997 itu.
Sudah 11 tahun Rosita menjadi bagian dari Angkatan Darat AS. Selama kariernya sebagai tentara, dia pernah ditempatkan di beberapa daerah konflik seperti di Irak dan Kuwait. Dia juga pernah "disekolahkan" di Jerman.
Tapi jalan untuk sampai situ bukan sesuatu yang mudah. Seperti disebut di awal, Rosita pernah tinggal dan bekerja di Jakarta. Dia juga pernah jadi wartawan. Tapi sebelum itu, dia kuliah di Fakultas Hukum USU, jurusannyaPerdagangan Internasional.
Hidup Rosita berubah drastis setelah menikah dengan seorang warga negara Amerika Serikat, yang ternyata adalah seorang tentara. Demi mendampingi suaminya, dia pindah ke AS pada September 2000.
Di AS Rosita ingin melanjutkan karier sebagai wartawan, sebagaimana yang pernah dia lakukan di Jakarta. Dan kebetulan dia menyukai pekerjaan itu. Tapi karena kurangnya pengalaman kerja di AS, impian itu susah terwujud.
Dia kemudian bekerja sebagai kasir di sebuah restoran cepat saji Burger King, gaji yang dia terima saat itu adalah6 dolar 25 sen per jam. Selain melayani pelanggan, dia juga membersihkan meja dan toilet restoran.
"Saya nangis, saya bilang sama ibu saya di Jakarta, enggak kebayang saya ke Amerika bersihkan WC," kenangnya, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Suatu ketika ada peluang untuk bergabung dengan militer AS. Tapi tentu saja jalannya tidak mudah. Pada ujian pertama dia dinyatakan gagal. Tapi Rosita tak putus asa, dia justru semakin gigih belajar selama 30 hari penuh sebelum mengikuti ujian ulang.
Upayanya membuahkan hasil. Rosita dinyatakan lolos dan resmi bergabung dengan pasukan AS, meskipun tinggi badannya hanya 149 sentimeter -- di Indonesia, perempuan yang ingin jadi tentara paling tidak dia punya tinggi badan 157 cm.
"Mereka itu tidak melihat tinggi badan," katanya.
Rosita yang sudah diterima menghadapi tiga pilihan pekerjaan: sopir, montir, atau koki. Dan Rosita memilih menjadi seorang mekanik, tanpa keraguan, profesi yang jarang dipilih oleh perempuan. Keputusan itu membawanya ke berbagai pelatihan hingga ke Jerman dan menempatkannya dalam misi ke berbagai negara.
Dalam mengakuannya, sejak kecil Rosita ingin menjadi seorang polisi wanita alias polwan. Tapi impian itu terhenti karena tinggi badannya tidak memenuhi syarat. Dia juga pernah ingin jadi jaksa tapi lagi-lagi aturan tinggi badan yang menghambat impiannya.
Di Indonesia mimpinya memang tidak kesampaian, tapi tidak dengan di AS. Di Negeri Paman Sam ini, Rosita menemukan jalan dan takdirnya sebagai seorang anggota militer. Dan jabatannya tidak main-main, Letnan Kolonel alias Letkol.
Sebagai Letkol dia memimpin ratusan pasukan dan menjalani berbagai misi penting. Dia bahkan pernah nyaris tertembak saat menjalan misi. Bagaimana ceritanya?
Seperti disebut di awal, Rosita pernah ditempatkan di beberapa daerah konflik, salah satunya adalah di Irak di mana dia nyaris tertembak. Ketika sedang berada di dalam kelas untuk belajar, tiba-tiba terdengar rentetan tembakan di luar. Saat hendak menunduk untuk memasang plugin laptop, sebuah peluru melesat melewati kepalanya.
"Waktu itu blank," ujarnya mengenang.
Rosita juga pernah ketiduran saat berjaga, dengan senjata masih dalam genggamannya. Pengalaman-pengalaman ini semakin mengukuhkan mental dan ketangguhannya sebagai seorang prajurit. Kini, Rosita telah ditarik dari tugas di medan konflik dan lebih fokus menjalani tugas administrasi serta mengurus keluarganya.
Begitulah kisah Rosita Aruan, perempuan Batak yang kini jadi Letkol tentara AS.