Broken Home dan Hidup Pindah-pindah, Apakah Itu yang Bikin Pak Harto Jadi Pribadi yang Ulet dan Mandiri?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Soeharto tumbuh di tengah keluarga yang broken home. Tak hanya itu, sejak kecil dia juga hidup berpindah-pindah. Apakah itu yang membuat Pak Harto jadi sosok yang ulet? (Majalah Intisari)
Soeharto tumbuh di tengah keluarga yang broken home. Tak hanya itu, sejak kecil dia juga hidup berpindah-pindah. Apakah itu yang membuat Pak Harto jadi sosok yang ulet? (Majalah Intisari)

Soeharto tumbuh di tengah keluarga yang broken home. Tak hanya itu, sejak kecil dia juga hidup berpindah-pindah. Apakah itu yang membuat Pak Harto jadi sosok yang ulet?

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Soeharto atau Pak Harto lahir dari keluarga yang broken home. Bagaimana lagi,Kertosudiro dan Sukirah adalah sepasang suami-istri yang bercerai sehingga anak-anak mereka pun terlantar.

Sukirah disebut pernah menikah dua kali. Sementara Kertosudiro disebuttiga kali menikah dan tiga kali pula berganti nama, mulai dari Kertorejo, Kertosudiro, dan Notokariyo.

Berdasarkan silsilah versi ketiga ini, tampak Probosutejo merupakan saudara tiri Soeharto, satu ibu tetapi beda ayah. Sementara Sudwikatmono tercatat sebagai sepupu Soeharto, karena ibu Sudwikatmono dengan ayah Soeharto bersaudara kandung.

Pertengkaran keluarga sudah terjadi sejak Sukirah mengandung. Barangkali itu sebabnya, begitu melahirkan, Sang Ibu meninggalkan Soeharto dan bersembunyi sambil melakukan tapa "ngebleng", di dalam rumah joglo di desa.

Dia baru muncul 40 hari kemudian dalam kondisi sangat lemah. Kedua pasangan ini kemudian bercerai. Sumber lain menyebutkan, Sukirah mengalami gangguan kejiwaan.

Soeharto lalu diasuh mbah Kromodiryo. Alhasil, sejak kecil Soeharto sudah tidak menikmati air susu ibu (ASI). Ketika ibunya menikah lagi, Soeharto baru tinggal bersama ibu kandung dan ayah tirinya.

Pada usia 8 tahun, dia dijemput kembali oleh ayahnya di Kemusuk dan diserahkan kepada adik perempuan ayahnya, Nyonya Prawirowiharjo (ibu dari Sudwikatmono) di Wuryantoro. Soeharto diangkat anak oleh bibi dan pamannya ini.

Setahun kemudian, keluarga ibunya menjemput, tepat pada bulan puasa, karena ibunya merasa kangen. Soeharto tinggal lagi bersama ibunya selama setahun, sebelum akhirnya diajak kembali pulang oleh pamannya di Wuryantoro.

Setelah masuk sekolah, Soeharto kecil punya tugas rutin menggembala kambing dan kerbau sepulang dari sekolah. Di masa ini ada satu kejadian yang tidak pernah bisa dilupakannya, yakni ketika suatu hari ia disuruh oleh kakeknya, Atmosudiro untuk mengantarkan kerbau ke Kemusuk Lor.

Hewan itu akan digunakan besok paginya. Namun bukannya melewati jalan yang lebih mudah (tanggul), kerbau itu malah berjalan melalui sungai.

Keruan Soeharto kecil kelabakan, karena sungai itu makin lama makin sempit, dan tentu saja, dalam. Sampai akhirnya, sang kerbau "mentok", tidak bisa berjalan sama sekali. Maju enggak bisa, mundur pun susah. Menyadari hal ini, Soeharto kecil hanya bisa menangis, dan menangis.

Soeharto juga pernah berpindah tempat tinggal beberapa kali dan diasuh oleh orang-orang yang berbeda. Tentu kondisi itu tidak nyaman bagi seorang anak kecil, karena sejak usia dini sudah "dipaksa" berpisah dengan orang-orang terdekatnya.

Meski ada juga nilai positifnya, dengan berpindah tempat dari satu keluarga ke keluarga yang lain, ia jadi terbiasa hidup prihatin. Pengalaman-pengalaman itu membentuk Soeharto menjadi pribadi yang memiliki sifat-sifat keras, ulet, mandiri, serta bersikap hati-hati terhadap ketergantungan pada orang lain.

Soeharto juga punya kelebihan yang tak dipunyai teman-teman sebaya di desanya, lantaran memiliki kesempatan belajar sampai sekolah menengah. Bekal yang kelak ikut membentuk intelektualitas Sang Smiling General.

Tiga versi asal-usul Soeharto

Bicara tentang silsilah Soeharto, setidaknya ada tiga versi yang pernah beredar di masyarakat.

Versi pertama menyebut Pak Harto sebagai keturunan bangsawan Yogyakarta. Kabar menggegerkan ini muncul di majalah POP, volume 2, nomor 17, Tahun 1974. Diberitakan di situ, Soeharto adalah anak dari Padmodipuro, seorang bangsawan keturunan Hamengkubuwono II yang memerintah antara tahun 1792-1810, 1811-1812, dan 1826-1828.

Padmodipuro, karena ingin menikah lagi, memberikan Soeharto--saat itu baru berumur 6 tahun, bersama ibunya--kepada seorang penduduk desa bernama Kertorejo. Ditambahkan, tampaknya Soeharto tidak pernah berhubungan dengan keraton, sungguh pun kakek buyut dari pihak ibunya, yakni Notosudiro memiliki istri seorang wanita yang berjarak lima generasi, merupakan keturunan putra dari Hamengkubuwono V dengan selir pertamanya.

Bisa ditebak, Soeharto langsung murka membaca berita tersebut. Tiada ampun setelah ulahnya itu, POP pun dilarang terbit.

Versi kedua menyebut Soeharto sebagai anak hilang yang tidak ditemukan oleh orangtuanya. Bahkan ada versi yang lebih ekstrem menyebutnya sebagai anak tidak sah. Konon, seorang berpangkat atau seorang pedagang keliling keturunan Tionghoa menyerahkan Soeharto kepada seorang penduduk desa.

Keterangan versi kedua ini disampaikan oleh Mashuri SH, tetangga Mayjen Soeharto di Jin. Haji Agus Salim pada tahun 1965, dan mantan Menteri Penerangan pada era Orde Baru (Elson, 2005, hal 31).

Silsilah versi ketiga, Soeharto disebutkan sebagai anak seorang petani asal Kemusuk. Versi inilah yang disampaikan Soeharto dalam konferensi pers di Bina Graha, tanggal 28 Oktober 1974. Cerita paling akhir ini tegas-tegas membantah cerita versi pertama dan kedua.

Menurut Soeharto, dia adalah putra dari ayah dan ibu yang berasal dari desa Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta. Kedua orang tuanya tidak pernah meninggalkan desa mereka. Soeharto juga meralat nama ibunya, bukan Fatimah seperti ditulis dalam buku O.G Roeder, The Smiling General(1969).

Nama ibunya yang benar adalah Sukirah.

(Seperti ditulis oleh Dr. Asvi Warman Adam, Peneliti Utama LIPI Jakarta, dan dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2008 dengan judul asli Soeharto, Silsilahnya ada 3 Versi)

Artikel Terkait