Siapa Sosok di Balik Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno? Apa Saja Prestasinya?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Prasasti Mantyasih berisi tentang silsilah raja-raja Kerajaan Medang hingga Dyah Balitung yang dianggap membaya masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno (Wikipedia Commons)
Prasasti Mantyasih berisi tentang silsilah raja-raja Kerajaan Medang hingga Dyah Balitung yang dianggap membaya masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno (Wikipedia Commons)

Siapa sosok di balik kejayaan Kerajaan Mataram Kuno? Bagaimana pemerintahannya harus diakhiri dengan pemberontakan?

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Ada begitu banyak raja ikonik yang pernah dilahirkan oleh Kerajaan Mataram Kuno (atau Kerajaan Medang). Dari Raja Sanjaya yang pendiri hingga Rakai Pikatan sang pemersatu.

Tapi siapa sosok di balik masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno? Dialah Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya Mahasambu atau yang kita kenal sebagai Dyah Balitung, raya Medang yang berkuasa dari 899 hingga 911 Masehi.

Baca Juga: Dirgahayu Surakarta ke-280, Siapa Sosok di Balik Lahirnya Kota Solo?

Mengutip Kompas.com, Dyah Balitung adalah Raja Medang yang meninggalkan banyak prasasti, sekitar 45 prasasti. Prasasti itu tersebar di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

Sejumlah sejarawan bahkan meyakini, kejayaan Kerajaan Mataram Kuno ditandai dengan perluasan wilayah hingga ke Bali. Wilayah kerajaan ini juga sangat subur.

Prasasti Canggal pernah menyebutkankan bahwa tanah Jawa melimpah produksi padinya. Informasi tersebut berarti bahwa Kerajaan Mataram Kuno memiliki wilayah pertanian yang subur dan dapat menghasilkan berbagai tanaman yang dapat menjadi komoditas untuk mendongkrak perekonomian kerajaan.

Kerajaan Mataram Kuno juga makmur dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kegiatan beternak, membuat kerajinan, maupun berdagang.

Selain itu, masa pemerintahan Dyah Balitung tergolong aman dan tentram. Meski begitu, dia harus mengakhiri kekuasaannya dengan pemberontakan Mpu Daksa.

Salah satu peninggalan Raja Dyah Balitung yang terkenal, yaitu Prasasti Mantyasih. Dalam prasasti yang berangka tahun 907 Masehi itu berisi nama-nama raja dari Sanjaya (Pendiri Kerajaan Mataram Kuno) hingga Dyah Balitung.

Siapa sosok Dyah Balitung?

Dyah Balitung, memerintah dari 899 hingga 911, bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Dharmodaya Mahasambu. Dari pemerintahannya yang berlangsung sekitar 12 tahun, para ahli telah menemukan setidaknya 45 prasasti.

Beberapa ahli meyakini bahwa Dyah Balitung adalah seorang pangeran dari Jawa Timur. Namun, pendapat tersebut banyak ditentang, karena gelarnya Rakai Watukura menunjukkan bahwa dia seorang penguasa daerah di Jawa Tengah.

Watukura diperkirakan ada di daerah Kedu Selatan. Selain berisi silsilah raja Mataram Kuno, Prasasti Mantyasih menyebutkan adanya pemberian sima (tanah bebas pajak) kepada lima patih yang berjasa selama pernikahan raja.

Penyebutan pernikahan pada suatu prasasti merupakan hal langka, sehingga mungkin sekali perkawinan itu amat penting artinya bagi Dyah Balitung. Dari situlah muncul pendapat bahwa Dyah Balitung memegang tampuk kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno karena menikahi putri raja sebelumnya.

Maksud dari Raja Dyah Balitung membuat Prasasti Mantyasih yang ditemukan di daerah Meteseh, Kota Magelang, adalah untuk melegitimasi kedudukannya sebagai raja Kerajaan Mataram Kuno.

Dari Prasasti Kubu Kubu, ditemukan indikasi bahwa Dyah Balitung telah meluaskan kekuasaannya ke timur. Bahkan ada pendapat yang menyebut kekuasaan Mataram Kuno periode Dyah Balitung mencapai Bali.

Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, rakyat Mataram Kuno hidup dalam keadaan cukup aman. Dari sejumlah prasasti, Dyah Balitung biasanya mengabulkan permintaan rakyatnya yang meminta keringanan pajak.

Meskipun begitu, intrik di dalam kerajaan masih terus berjalan. Sri Daksottama BBhubajrapratipaksaksaya, yang menjadi rakryan mahamantri i hino (putra mahkota), bukan putra Dyah Balitung, tetapi kemungkinan besar iparnya.

Pada saat Dyah Balitung berkuasa, Daksottama sudah mengeluarkan prasasti dengan menggunakan tarikh Sanjaya. Hal itu untuk menunjukkan bahwa dia merupakan keturunan Sanjaya langsung, dan lebih berhak menjadi raja Mataram Kuno.

Boechari meyakini kekuasaan Dyah Balitung berakhir akibat pemberontakan Daksottama, yang disebutnya Mpu Daksa. Berdasarkan Prasasti Taji Gunung (910), Daksa masih bergelar Rakai Hino, sedangkan berdasarkan Prasasti Timbangan Wungkal (913), dia sudah menjadi raja.

Begitulah riwayat singkat Dyah Balitung, siapa sosok di balik kejayaan Mataram Kuno yang meninggalkan banyak prasasti.

Baca Juga: Siapa Sosok di Balik Pemberontakan PETA pada 14 Februari 1945 yang Misterius Itu?

Artikel Terkait