Intisari-Online.com - Jangan coba-coba melakukan kejahatan di kepulauan Gili, Lombok. Jikapun tidak ditangani polisi, maka pelaku bisa dipermalukan di depan massa. Baru saja, sepasang turis Australia diarak massa di Gili Trawangan karena ketahuan mencuri.
Kasus ini beredar di media sosial dan bahkan menjadi salah satu laoran BBC.com. Tidak disebutkan di wilayah apa dan kapan.
Sepasang turis ini diarak massa dan dikalungi papan tulisan berbunyi, "I am thieve. Don't do what I did." Artinya, "Saya maling, jangan lakukan apa yang aku lakukan."
Praktik mengarak orang-orang yang berbuat kejahatan atau asusila sudah lama eksis di kepulauan Gili. Selain Gili Trawangan, juga Gili Air, dan Gili Meno.
Kepada BBC, Kepala Kantor Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhamad Fauzal mengatakan, praktik ini merupakan persetujuan antara warga dan polisi. Kebanyakan terjadi di Gili Trawangan, pulau paling maju dari tiga kepulauan Gili, Lombok, atau sekitar 40 km sebelah timur Pulau Bali.
Alasan praktik arak massa Menurut keterangan, praktik mengarak penjahat atau pelaku tindak asusila ini dilakukan karena minimnya polisi di sana. Maka, banyak sekuriti swasta yang menjaga pulau yang didukung oleh pemerintah lokal.
Maka, biasanya yang mengarak penjahat adalah sekuriti lokal, tapi selalu juga ada salah satu atau lebih polisi yang ikut menjaga dan mengawasi. Menurut Fauzal, cara ini efektif dan faktanya jarang ada kejahatan di Gili.
Fauzal menambahkan, biasanya pelaku kejahatan yang diarak adalah orang lokal. Tapi, tak jarang juga turis asing yang mabuk kemudian menciri dompet karena kehabisan uang.