Intisari-Online.com - Hita Hamastuti, Achmad Ferdiansyah P.P., dan Zulfikar. Merekalah para pencipta Banagyzer; Banana Natural Energizer. Ide dasar dari penemuan ini adalah memanfaatkan limbah kulit pisang. Mereka menuturkan, ide pendayagunaan kulit pisang ini memang terinspirasi dari banyaknya kulit pisang yang terbuang percuma di kantin kampus mereka.
Konsep dasar Banagyzer juga bukanlah teknologi baru. Kulit pisang difermentasi untuk menghasilkan larutan elektrolit. Katode dan anode yang tersambung dengan larutan eletrolit tadi akan menghasilkan listrik.
Realisasi penggunaan Banagyzer ini paling tepat digunakan sebagai alat perangkap hama di sawah. “Masih banyak petani di daerah sini yang menggunakan listrik dari PLN untuk menghidupkan lampu atau perangkap hama. Padahal, sawah 'kan daerah yang basah. Bisa bahaya. Selain itu, tidak hemat energi,” kata Achmad Ferdiansyah. Perangkap hama yang dimaksud di sini adalah sebuah lampu dan perangkap berupa wadah dengan tutup berbentuk corong. Lampu digunakan untuk menarik perhatian serangga untuk mendekat, kemudian wadah di bawahnya akan membuat serangga tersebut tergelincir masuk, namun tidak bisa keluar lagi.
Kulit pisang, menurut Ferdiansyah, hanyalah salah satu alternatif. Bisa juga diganti dengan sampah kentang, apel, wortel, dan lain sebagainya. “Yang penting mengandung glukosa,” timpal Ferdi.
Pihak Departemen Pertanian setempat, menurut Ferdi, menyatakan ketertarikannya terhadap teknologi Banagyzer. “Tapi alat ini masih butuh banyak sekali penyempurnaan. Terutama dalam hal efisiensi listrik yang dihasilkan,” kata Ferdi.
Bagaimana dukungan pihak kampus? Menurut Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng, Kepala Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Teknik Kimia, Fakultas Teknologi ITS, pihak kampus memang sedang gencar mendorong mahasiswanya untuk berkreasi dan berinovasi, salah satunya dengan lomba-lomba karya ilmiah. “Pihak kampus siap membimbing mahasiswa yang sedang membuat karya ilmiah. Bantuan dana juga diberikan bagi mahasiswa yang karya inovasinya masuk final lomba,” kata Juliastuti. “Mahasiswa antusias dengan program kampus ini. Banyak karya tercipta dari tangan para mahasiswa, yang bikin kami takjub,” ungkapnya.