Komunikasi Berkualitas Picu Karakter Anak

Moh Habib Asyhad

Penulis

Komunikasi Berkualitas Picu Karakter Anak
Komunikasi Berkualitas Picu Karakter Anak

Intisari-Online.com -Banyak cara dapat dilakukan oleh orangtua untuk melihat sejauh mana karakter si anak. Apakah si anak adalah sosok yang pemberani, ataukah pemalu dan minder di tengah-tengah kerumunan teman-temannya.

Salah satu yang paling efektif adalah dengan membuat komunikasi yang berkualitas antara anak dan orangtua.

Dalam sebuah seminar bertema anak-anak dan keluarga dengan peserta para orangtua, Seto Mulyadi, 62 tahun, doktor psikologi sekaligus pemerhati anak, bertanya: siapa yang rutin melakukan diskusi dengan anaknya? Hasilnya, tidak ada yang angkat tangan.

(Baca juga:Jangan Salah! Anak Campak Boleh Mandi)

“Jika tidak pernah ada upaya untuk melakukan komunikasi yang berkualitas dengan anak, jangan pernah berharap lebih kepada anak agar kelak menjadi orang yang terpuji. Itu omong kosong!” ujar psikolog dengan dandanan rambut khas ini.

Komunikasi yang bermutu bisa dilakukan seminggu sekali, atau paling minim sebulan sekali. Komunikasi ini penting bagi orangtua untuk membuka wawasan si anak dan mengeluarkan unek-uneknya yang terpendam.

Yang patut diperhatikan adalah posisi orangtua saat berkomunikasi; tidak menjadi bos atau atasan, tapi menjadi sahabat yang bersifat lebih “setara”.

(Baca juga:Catat! Fidget Spinner Hanya 1 dari 8 Mainan Paling Berbahaya untuk Anak-anak. Ini Dia Daftar Lengkapnya)

“Ini bukan berarti posisi anak dan bapak seimbang dalam keluarga, tapi ini semata-mata agar anak tidak merasa sebagai anak buah yang hanya menerima perintah. Ketika posisi sama, maka proses komunikasi akan berjalan lebih sehat,” saran Kak Seto.

Dengan seringnya diskusi, si anak tidak hanya akan memiliki ide. Jika kebiasaan ini terus terbangun, si anak akan terpacu memunculkan ide. Bukan hanya ide untuk didialogkan, tapi lama-lama juga ide kreatif. Ia bahkan akan terpicu mengaplikasikan ide itu menjadi sebuah kegiatan yang menarik.

Psikolog anak dan keluarga di Medikids, Jakarta, Chrysant Karmadi menambahkan, anak yang terlalu banyak dikekang dan diperintah akan menjadi anak yang minder.

(Baca juga:Para Ayah, Jangan Pernah Serahkan Semua Urusan Kecerdasan Emosional Anak pada Ibunya. Ini Alasannya)

Sedangkan anak yang terlau sering dikritik akan menjadi pesimistis. “Untuk perkembangan psikososial si anak, kritik, perintah, dan kekangan tidak dianjurkan. Itu tidak baik,” katanya.

Dengan menggalakkan komunikasi yang baik, orangtua juga bisa memperkenalkan model pembelajaran modeling kepada anak. Cara ini memungkinkan orangtua untuk menunjukkan hal-hal yang baik dan menjelaskan kenapa sesuatu buruk.

Terlalu banyak nasihat juga tidak baik. Nasihat yang berlebih, menurut Kak Seto, justru akan menjadikan anak seperti robot yang tidak berkembang. Mengajaknya diskusi akan lebih membuat mereka tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh.