Advertorial
Intisari-Online.com – Apakah anda pernah mengunjung pasar barang bekas atau pasar loak?
Bila beruntung, anda bisa mendapatkan barang antik yang berharga mahal lho.
Seperti yang terjadi pada seorang pria asal Inggris yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Suatu hari ia membeli sebuah teko butut di toko barang antik setempat di Inggris seharga 20 poundsterling atau Rp400 ribu.
Menurut laporan Artnet.com, pria tersebut tidak terpikir bahwa teko itu sangatlah berharga.
(Baca juga:Museum Organ Reproduksi Pria Ini Punya Koleksi Paling Komplet, dari yang Terkecil hingga Terbesar Semua Ada)
Pasalnya teko berhiaskan dua ekor burung bangau dan pepohonan berwarna biru itu sudah tidak lengkap.
Teko itu sudah tidak ada tutupnya dan tangkai pegangan teko itu sudah retak.
Apalagi ukuran teko itu sangat kecil dan hanya setinggi 8,89 cm dengan lebar 12,7 cm.
Bagi orang awam, teko itu kecil kemungkinannya bisa bernilai tinggi.
“Bila teko itu tidak ditawarkan di internet, kemungkinan teko itu berakhir di tempat sampah,” kata Clare Durham dari Wolley & Wallis, kepada The New York Times.
Clare melihat teko itu kali pertama ketika pemiliknya mendaftarkannya ke balai lelang Wooley & Wallis di Salisbury, Inggris, untuk diperiksa.
Segera saja petugas lelang mengidentifikasi bahwa teko itu adalah karya John Bartlam.
John Bartlam adalah seorang pembuat barang-barang tembikar yang terkenal yang berhubungan dengan sejarah Amerika.
Ia pindah dari Inggris ke Carolina Selatan sekitar 1763. Ia mendengar tanah liat di sana sangat bagus untuk dijadikan barang tembikar.
Namun, ada kemungkinan karena ia juga mencoba menghindari hutang di negarinya.
Bagaimana kemudian teko itu bisa berada di Inggris kembali, diperkirakan itu masih menjadi sedikit misteri.
Teko butut itu kemudian dilelang pada 20 Februari lalu dan pemenang lelang adalah Rod Jellicoe.
Ia adalah seorang penyalur barang antik yang bekerja untuk Museum Seni Metrpolitan New York.
Teko itu menjadi berharga karena nilai sejarahnya, daripada kondisinya yang sudah butut.
Teko itu adalah sebuah simbol kemerdekaan Amerika. Dipercaya teko itu menjadi salah satu contoh awal dari porcelain buatan Amerika.
Sebuah produk dari negara baru yang menolak berniaga dengan Inggris.
“Sesaat sebelum Perang Revolusi, di Amerika tidak ada perjanjian impor karena pemerintah colonial tidak menginginkan impor barang apapun dari Inggris,” kata Rod Jellicoet kepada ArtNet.com.
Ia menambahkan, dan tentunya, jika mereka dapat membuat porselain sendiri, mereka tidak butuh impor dari Inggris.
Jadi, pembuatan porselain itu adalah sebuah cara untuk merdeka dari Inggris.
Balai lelang Wooley & Wallis berharap teko butut itu bisa terjual seharga sedikitnya 10 ribu poundsterling atau Rp200 juta.
Ternyata, teko butut itu terjual dengan harga 460 ribu poundsterling atau Rp9,2 miliar!
Sebuah harga yang tidak hanya mengembalikan modal 20 poundsterling saja, tetapi juga terjual 23 kali lipat dari perkiraan harga awal.
Teko butut itu hanyalah rekor harga dari ketujuh porselain John Bartlam yang pernah ada.
(Baca juga:Rela Berutang Besar untuk Beli Peti Mati yang Unik, Demi Selamatkan si Mati Menuju Dunia Lain)
Enam porselain lainnya dimiliki oleh kolektor pribadi.
“Kami senang luar biasa bahwa teko John Bartlam memecahkan rekor harga lelang dengan 460.000 poundsterling hari ini!” tulis Wolley & Wallis dalam akun Facebook mereka.
“Teko itu akan segera menempati rumah barunya di Museum Seni Metropolitan New York.”