Di Tanah Sunda Ternyata Pernah Berdiri Kerajaan Islam yang Berdaulat Penuh selain Banten dan Cirebon

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Keris Panunggul Naga adalah Keris milik Prabu Geusan Ulun, raja Kerajaan Sumedang Larang, kerajaan Islam yang pada akhirnya ditaklukkan Mataram Islam (Wikipedia Commons)

Kerajaan Sumedang Larang punya riwayat panjang dalam sejarah Indonesia. Pernah menjadi bagian dari Kerajaan, lalu menjadi kerajaan Islam yang berdaulat, lalu ditaklukkan Mataram Islam.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Barangkali sebagian dari kita lupa bahwa di Tanah Sunda, pernah berdiri kerajaan Islam yang berdaulat penuh. Bukan Cirebon atau Banten, tapi Kerajaan Sumedang Larang.

Menurut catatan sejarah, kerajaan Sumedang Larang berdiri pada abad ke-8, tentu ketika itu masih bercorak Hindu-Buddha. Saking tua umurnya, kerajaan ini beberapa kali berganti nama.

Kerajaan Sumedang Larang mengalami tiga periode kekuasaan, yakni menjadi bawahan Kerajaan Sunda-Galuh, menjadi kerajaan Islam berdaulat, dan menjadi kabupaten di bawah Kerajaan Mataram Islam.

Mengutip Kompas.com, Kerajaan Sumedang Larang berasal daripecahan Kerajaan Sunda-Galuh yang bercorak Hindu. Kerajaan ini awalnya bernama Tembong Agung, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih pada abad ke-8 atas perintah Prabu Suryadewata.

Ketika itu pusat pemerintahannya berada diCitembong Karang, yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Sumedang. Lalu ketika Prabu Tajimalela, putra Prabu Aji Putih, mewarisi takhta, nama kerajaan diubah menjadi Himbar Buana.

Prabu Tajimalela pernah berkata, "Insun medal, insun madangan", yang artinya "Aku dilahirkan, aku menerangi". Sementara kata Sumedang berasal dari kata "insun madangan"yang berubah pengucapannya menjadi "sun madang" hingga kemudian berubah menjadi sumedang.

Prabu Tajimalela kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Prabu Gajah Agung. Dari Kerajaan Tembong Agung hingga akhirnya menjadi Kerajaan Sumedang Larang, status kerajaan ini adalah menjadi bawahan Kerajaan Sunda-Galuh, yang nantinya bergabung menjadi Kerajaan Pajajaran.

Ketika masuk ke pertengahan abad ke-16, Islam masuk dan mulai mewarnai corak pemerintahan Kerajaan Sumedang Larang.Ratu Pucuk Umun, yang memerintah kala itu, telah memeluk Islam dan memerintah bersama suaminya, Pangeran Santri, yang bergelar Ki Gedeng Sumedang.

Ketika kepemimpinan Ratu Pucuk Umun baru saja digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Angkawijaya, Kerajaan Pajajaran runtuh akibat serangan Kesultanan Banten. Setelah itu, Kerajaan Sumedang Larang mendeklarasikan diri sebagai penerus Kerajaan Pajajaran yang berdaulat penuh.

Di bawah pemerintahan Pangeran Angkawijaya yang bergelar Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Sumedang Larang mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh Jawa Barat, kecuali wilayah kekuasaan Kesultanan Banten dan Cirebon.

Pada 1601, Prabu Geusan Ulun turun takhta, posisinya digantikan oleh sang putra,Prabu Suriadiwangsa, yang kelak dikenal sebagai raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang. Pada 1620 kerajaan Sumedang Larang ditaklukkan dan menjadi vasal Mataram Islam.

Setelah itu, status kerajaan berubah menjadi kabupaten dan pangkat raja turun menjadi adipati (bupati). Hal ini dilakukan karena Sumedang dijadikan sebagai wilayah pertahanan Mataram dalam menghadapi Banten dan Belanda.

Artikel Terkait